Jumat, 20 Februari 2015

Dari Titik Nadir

"Hidup ini seperti roda pedati yang berputar"
Hmmmm,,,,,,,,,,,,ternyata ungkapan ini bukanlah sekedar pepatah, aku mengalaminya kini.
Berawal dari kesembronoan yang aku lakukan, tanpa perhitungan matang, akhirnya terajtuh juga. Namun semua aku jalani dengan ikhlas walau kadang dalam hati ada pertanyaan Rabb dimana engkau kini? Sebegitu jauhkah Engkau berada hingga tiada mendengar rintihan hambaMU ini? Ach,,,,,,,,,,,,,,namu semua itu ditepiskan oleh entah apa seakan suara-suara dalam bati ini memprotes bukan Rabb-mu yang jauh, tapi lihatlah, kamu yang sudah jauh meninggalkanNYA, kemana saja kamu? Baru dapat sedikit nikmat kamu sudah lupa siapa yang memberi 

Berguncang jiwa ini, luruh seakan tiada daya, hanya tinggal penyesalan dan air mata, hanya terduduk terdiam menjalani hari-hari penuh penyesalan. Bukan menyesal karena aku terpuruk. Bukan menyesal karena kebangkrutanku, menyesal kenapa dulu aku tidak bisa menjadi hamba yang tawaduk, banyak uang namun anak istriku kehilangan kasih sayang. Banyak harta namun seakan seperti neraka bukan bahagia. 

Kini aku sadar, aku harus bangkit dan belajar berdiri menapaki relung hidup ini walau berat aku harus mampu. Istriku,,,,,,,,,,maafkan aku semakin berat beban yang harus kita pikul. Mari memulai semua dari titik nadir, anggaplah ini berkah dariNYA. Aku hanya berharap, semoga kesabaranmu bertambah. Terima kasih istriku, atas kesetiaanmu yng selalu tabah menghadapiku walau kadang dengan cercaan.


Rabb,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,syujud syukurku, Engkau telah mengingatkanku walau dngn jalan seperti ini, semoga aku ikhlas menjalani ini semua. 

Teruntuk istriku "Lestari Subekti" catatan pendek ini moga jadi telaah untuk kita 



                                                                                               Tangerang, 01 anuari 2015